Daftar Nabi / Hamba Kristus Dgn Pesan Profetik / Nubuat / Visi
Amos 3:7
“Sungguh, TUHAN YAHWEH tidak berbuat sesuatu tanpa penyatakan keputusan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, para nabi.”
Yoel 2:28-32
“AKU akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat (ramalan); orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi dan penglihatan…Barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan di selamatkan…”
*click nama hamba Kristus untuk link ke website/facebook*
*akan di update*
Ping balik: AntiKristus Sudah Tiba!! | KEMBALI KE ABBA BAPA
Adalah nubuatan nabi Yoel di pasal 2:28-32 yang menjadi pokok masalah. Yoel bernubuat;
“Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan men-curahkan Roh-Ku keatas semua manusia, maka anak anakmu laki laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan medapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan. Juga keatas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan kucurahkan Roh-Ku pada hari hari itu (28-29)”.
Ayat ini telah dijadikan argumentasi, bahwa semua ini terjadi sekarang ini, diwaktu zaman akhir. Itu sebab penumpangan tangan pada anak-anak, untuk menerima karunia Roh dilakukan oleh orang-orang tertentu. Lalu muncul fenomena pengkhotbah atau pemujizat cilik. Orang Kristen berbondong bondong datang, dan kisahnya pun merebak keberbagai tempat. Kesaksian kesana-kemari. Belum lagi penyebaran melalui teknologi media, baik SMS maupun BB messenger, tanpa cross chek. Tampaknya, umat dengan gelap mata menterjemahkan semua ini. Ini zaman akhir, Roh Tuhan dicurahkan, teriak para pengkhotbah dengan retorika yang meyakinkan. Memahami ayat ini dengan benar menjadi sangat perlu, agar tidak menyesatkan umat.
Berbicara tentang pengkhotbah yang tak rela belajar, tetapi sangat bergairah berkhotbah, sudah tak terbilang jumlahnya. Trend menjadi pengkhotbah sedang mewabah. Sekelompok orang berkata, luar biasa! Tuhan berkarya dengan dahsyatnya. Mereka berbicara, tapi mengabaikan peringatan Tuhan Yesus sendiri tentang zaman akhir ini, supaya berhati-hati kepada nabi, rasul, guru, bahkan mesias palsu. Persoalan ini, disaat ini, menjadi besar karena pemahaman soal waktu zaman akhir yang tidak tepat. Pengkhotbah akhir jaman pada umumnya memandang sekaranglah zaman akhir itu. Mereka lupa, atau memang tidak tahu, bahwa era yang disebut sebagai jaman akhir dimulai dari kenaikan Tuhan Yesus ke surga.
Dalam Kisah Rasul 1:11, jelas dikatakan bahwa Yesus yang terangkat kesurga, akan datang kembali dengan cara yang sama. Inilah era penantian kita akan kedatangan kembali Tuhan Yesus Kristus yang disebut sebagai jaman akhir, yaitu kenaikan dan kedatangan kembali. Jadi sudah dimulai sejak 2000 tahun yang lalu, bukan baru sekarang. Paulus sendiri sebagai rasul menegaskan tentang zaman akhir sudah tiba dimasa pelayanannya (1 Korintus 10:11 bandingkan dengan 2 Timotius 3:1). Jadi, sekali lagi, bukan baru sekarang sekarang ini. Itu penggelapan data Alkitab. Kapan Dia akan datang kembali? Tidak ada yang mengetahuinya. Ini ucapan Tuhan Yesus sendiri (Markus 13:32). Walaupun sekarang sudah terlalu banyak yang merasa tahu, sehingga lebih tahu daripada Tuhan Yesus sendiri. Inilah pertanda kepalsuan.
Kembali kepada nubuatan nabi Yoel, apakah itu menunjuk kepada masa kini, dan menunjuk kepada anak anak yang bernubuat? Bacalah Alkitab dengan teliti, maka semua nabi, rasul, pelayan Tuhan, tunggu sudah dewasa baru boleh melayani. Dan tidak ada anak-anak, dalam pengertian anak kecil yang bernubuat. Jika disebutkan sekarang inilah waktunya, maka ini menjadi pembodohan yang keluar dari garis Alkitab. Segala sesuatu ukurannya harus berdasarkan Alkitab, bukan praduga, atau tafsir yang tidak bedasar. Apalagi sekedar berkata, “Tuhan berkata kepada saya”. Itu sangat manipulatif, jika tak sesuai alkitab. Apa yang dinubuatkan oleh nabi Yoel dengan tegas telah dikatakan oleh rasul Petrus. Ingat, era para rasul adalah era yang sama dengan kita, jaman akhir, di mana posisinya sama, menunggu kedatangan Tuhan yang kedua kalinya. Nubuatan nabi Yoel sudah digenapi, kata rasul Petrus. Ini jelas tertulis dalam Kisah Rasul 2:15-16, 17-21. Hari itu adalah hari Pentakosta, yang kita kenal sebagai hari pencurahan Roh Kudus, dimana para rasul dipenuhi oleh kuasa Roh. Tepat seperti yang dikatakan Yoel, bahwa Tuhan akan mencurahkan Roh-Nya. Nah, apa hubungannya dengan anak-anak bernubuat, orangtua bermimpi, teruna mendapat penglihatan, juga para hamba atau istilah kita sekarang para pembantu. Jelas dalam Kisah 2, hal itu tidak ada.
Mengapa Petrus menyebut peristiwa hari Pentakosta adalah penggenapan nubuatan Yoel? Sederhana saja, yang pertama, sudah pasti Petrus sebagai Rasul tidak asal bunyi, seperti kebanyakan pengkhotbah masa kini. Petrus pasti berbicara benar, dan itu yang disaksikan Alkitab. Apa yang terjadi pada hari Pentakosta memang tidak biasa, spektakuler. Mereka semua orang Galilea yang hanya mengerti bahasa Galilea, mendadak oleh kuasa Roh Kudus yang dicurahkan, mereka bisa berbahasa yang bukan bahasa mereka sendiri. Paling tidak, ada kurang lebih 14 bahasa dan dialek, termasuk bahasa Arab. Mereka berbicara tentang perbuatan perbuatan besar yang dilakukan Allah. Ya, para rasul itu menyebut nama Allah dalam bahasa Arab, luar biasa bukan. Agak aneh juga ketika dimasa kini ada kelompok orang Kristen yang tak mau menyebut nama Allah, yang rasul sendiri mengucapkannya oleh kuasa Roh Kudus.
Nah, peristiwa yang luar biasa ini, tidak lazim, dan baru yang pertama kali dalam catatan Alkitab, disebut Petrus sebagai penggenapan nubuatan nabi Yoel. Sama seperti belum ada peristiwa anak-anak bernubuat, begitulah para rasul itu berbahasa yang bukan bahasa mereka. Bagaikan anak-anak bernubuat. Jadi bukan anak-anak bernubuat secara harafiah. Ini adalah bahasa simbolik menujuk peritiwa hari pentakosta. Penggambaran yang tepat sekali. Dan ini adalah kata rasul Petrus. Jadi, sekali lagi, nubuatan nabi Yoel sudah digenapai, bagaimana mungkin orang Kristen masa kini memaksakan anak-anak ditumpangi tangan untuk mendapatkan karunia Roh Kudus. Sungguh suatu tindakan yang tidak tepat, sangat magis, dan mirip dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang bukan Kristen, yang anak-anak mereka ditumpangi tangan untuk kekuatan tertentu. Yesus sendiri adalah Tuhan, namun disunat usia 8 hari, ditahbiskan sebagai anak taurat di usia 12 tahun, dan memulai pelayan ketika berumur 30 tahun (Lukas 2:21,42, 3:23). Padahal, Tuhan Yesus sendiri lebih dari siapapun umat manusia, tetapi Dia tak seperti umat yang kebablasan dengan semangat new age-nya.
Mengingat rawannya hal tafsir yang sembrono, maka sudah semestinya setiap orang mempersiapkan dirinya sebagai pengkhotbah. Tak hanya berani berkhotbah, tetapi juga harus berani belajar, agar tak menyesatkan. Bicarakanlah apa yang sudah jelas, dan dapat dipertanggungjawabkan secara teologis. Soal kesalahan memahami Alkitab, tidak hanya soal nubuatan nabi Yoel, tapi masih banyak yang lainnya. Ini akan kita ulas dikesempatan lain, khususnya yang berkaitan dengan isu jaman akhir. Disisi lain, memahami kitab nabi Yoel yang terdiri dari 3 pasal secara utuh akan menolongkan kita mengerti maksud dan tujuannya. Yoel mengingatkan Israel akan murka Allah (pasal 1), yang digambarkan dengan tulah belalang. Dengan segera kita diingatkan akan tulah kedelapan yang dijatuhkan Tuhan atas Mesir, dalam rangka pembebasan Israel. Mesir ditimpa murka Allah, dan tentu sangat menyedihkan ketika hal itu sekarang menimpa bangsa Israel. Karena itu, seruan bertobat dikumandangkan oleh sang nabi (pasal 2). Jika tak ingin murka Allah menimpa mereka, kembali kepada Allah adalah jalan satu satunya. Lalu, nabi Yoel juga menyampaikan janji Allah bagi mereka yang bertobat. Musuh musuh Israel akan dihukum dan berkat Tuhan akan dilimpahkan (pasal 3).
Seluruh rangkaian ini menggambarkan kehidupan umat Tuhan disegala jaman. Diantara inilah munculnya nubuatan yang kita bahas. Tepat sekali menggambarkan situasi Israel, dan lahirnya gereja Tuhan dihari Pentakosta sebagai harapan dan jalan berdamai dengan Tuhan. Pengharapan itu digenapi dalam peristiwa Pentakosta yang menjadi titik awal yang penting dalam perjalanan gereja Tuhan diera perjanjian baru, di era jaman akhir. Biarkanlah Alkitab menafsirkan Alkitab, pasti akan sangat bijak. Berhentilah mengatasnamakan suara Tuhan untuk melegalisir khotbah. Akhirnya, kini teranglah sudah kisruh tafsir nubuat nabi Yoel, walaupun tetap gelap bagi yang bebal. Selamat menikmati kebenaran.
SukaSuka
Bagaimana saya dapat mengenali guru/nabi palsu?
Jawaban: Yesus memperingatkan kita bahwa “Mesias-Mesias palsu dan nabi-nabi palsu” akan datang dan akan berusaha menyesatkan orang-orang pilihan Allah (Matius 24:23-27; lihat juga 2 Petrus 3:3 dan Yudas 17-18). Cara terbaik melindungi diri dari ajaran sesat dan guru-guru palsu ialah dengan mengenali kebenaran.
Supaya bisa menemukan mana yang palsu, pelajarilah yang asli. Setiap orang percaya “yang berterus terang memberitakan (terjemahan Inggris: membedakan) perkataan kebenaran” (2 Timotius 2:15) dan yang mempelajari Alkitab dengan teliti tentunya dapat mengidentifikasikan mana doktrin yang salah.
Contohnya, orang percaya yang telah membaca apa yang dilakukan Bapa, Anak dan Roh Kudus dalam Matius 3:16-17 akan langsung mempertanyakan doktrin yang menyangkal Trinitas. Oleh karena itu, “langkah pertama” yang harus dilakukan yaitu dengan mempelajari Alkitab. Setelah itu, kita mampu menilai semua pengajaran berdasarkan apa yang dinyatakan oleh Alkitab.
Yesus mengatakan “dari buahnya pohon itu dikenal” (Matius 12:33). Ketika mencari buah, berikut ini ada tiga ujian yang dapat diterapkan pada semua pengajar untuk menentukan apakah yang diajarkannya itu benar atau tidak.
1). Apa yang dikatakan guru ini tentang Yesus? Dalam Matius 16:15 Yesus bertanya, “Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”” Karena jawabannya, Petrus dikatakan “berbahagia.”
Dalam 2 Yohanes 9 dinyatakan, “ Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak.”
Dengan kata lain, Yesus dan karya penebusanNya sangatlah penting; waspadalah terhadap orang yang menolak bahwa Yesus adalah Allah, yang merendahkan kematian Yesus yang menggantikan kita, atau mereka yang menolak kemanusiaan Yesus.
1 Yohanes 2:22 menyatakan, “Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak.”
2). Apakah guru ini memberitakan Injil? Injil didefinisikan sebagai kabar baik mengenai kematian, penguburan dan kebangkitan Yesus, sesuai dengan apa yang dikatakan Alkitab (1 Korintus 15:1-4). Sebaik apapun yang mereka katakan, kalimat-kalimat “Allah mengasihi engkau,” “Allah mau kita memberi makan mereka yang lapar”dan “Allah mau Saudara menjadi kaya” BUKANLAH berita Injil yang lengkap.
Sebagaimana diperingatkan oleh Paulus dalam Galatia 1:7, “Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.”
Tidak seorangpun, termasuk pengkhotbah terkenal yang memiliki hak untuk mengubah berita yang Allah telah berikan kepada kita. “Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.” (Galatia 1:9).
3) Apakah guru ini memperlihatkan sifat-sifat yang memuliakan Allah? Berbicara mengenai guru-guru palsu, Yudas 11 mengatakan, “Celakalah mereka, karena mereka mengikuti jalan yang ditempuh Kain dan karena mereka, oleh sebab upah, menceburkan diri ke dalam kesesatan Bileam, dan mereka binasa karena kedurhakaan seperti Korah.”
Dengan kata lain, guru palsu dapat dikenal melalui kesombongan mereka (penolakan Kain terhadap rencana Allah), ketamakan (Bileam bernubuat demi uang) dan pemberontakan (Korah menyatakan dirinya lebih tinggi dari Musa).
Untuk studi lebih lanjut, telaah kembali kitab-kitab Alkitab yang memang secara khusus ditulis untuk melawan ajaran palsu dalam gereja: Galatia, 2 Petrus, 2 Yohanes, dan Yudas.
Seringkali, memang sulit untuk mengenali guru/nabi palsu. Itulah kenapa mereka disebut “serigala berbulu domba.” Iblis dan pengikut-pengikutnya menyamar sebagai “malaikat terang” (2 Korintus 11:14), sementara hamba-hambanya menyamar sebagai hamba-hamba kebenaran (2 Korintus 11:15).
Hanya mereka yang sudah memahami kebenaran Alkitab dengan baik, yang bisa mengenali yang palsu.
SukaSuka
Amin.. post yg baik. Benar kita meneliti setiap ajaran, perbuatan dan hasilnya terhadap kerajaan sorga. Sangat bijaksana. Selalu memohon bimbingan Roh Kudus.
SukaSuka
Awas Nabi Palsu! Awas Nabi Palsu! Awas Nabi Palsu!
Guys jika kalian percaya Alkitab adalah Firman Tuhan dan percaya juga semua
yang tertulis pasti terjadi. Maka saya ajak kita berpikir tentang ayat2 berikut:
Mat 7:15 “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
Mat 24:11 Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang.
Mat 24:24 Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.
Mar 13:22 Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat dengan maksud, sekiranya mungkin, menyesatkan orang-orang pilihan.
2 Petrus 2:1 Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.
Ingat ayat2 di atas ingin mengingatkan bahwa akan ada nabi-nabi plasu dan pasti akan terjadi! Apakah kalian bisa melihatnya sekarang ditengah-tengah kehidupan orang Kristen saat ini ?
1 Yohanes 4:1 Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.
1 Yohanes 4:4 Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia.
1 Yohanes 4:5 Mereka berasal dari dunia; sebab itu mereka berbicara tentang hal-hal duniawi dan dunia mendengarkan mereka.
Dikatakan ujilah, artinya kita harus bisa membedakan mana nabi yg palsu mana
nabi yg palsu. Mudahnya kita harus mempelajari/mengetahui dahulu yang asli
baru kita bisa membedakan yg palsu. Seberapa sering kita mempelajari Alkitab?
Dalam 1 Yoh 4:5 dibocorkan sedikit ciri-ciri dari nabi palsu ini yaitu mereka berbicara
tentang hal-hal duniawi. Jika ada gereja yg sangat sering dan lebih menekankan soal
berkat, kelimpahan, kesembuhan dan lain sebagainya yang sifatnya memenuhi kedagingan/keduniawian kita semata maka coba kita renungkan 1 Yoh 4:5 tadi. Ujilah !
Wahyu 16:13 Dan aku melihat dari mulut naga dan dari mulut binatang dan dari mulut nabi palsu itu keluar tiga roh najis yang menyerupai katak.
Wahyu 19:20 Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang.
Wahyu 20:10 dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.
Pada akhir jaman pun nabi palsu dicatat dan saya ingin mengingatkan kita semua
bahwa mereka ini sungguh2 ada di tengah-tengah kita (Mat 7:15 “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas)
Adakah kita menyadarinya? Adakah kita dapat membedakannya ?
Atau sudahkah kita sekarang berhasil disesatkannya ?
SukaSuka
Terima kasih atas peringatannya.. semoga para pembaca dapat tau contoh nabi palsu (yang ada di neraka saat ini) itu seperti muhammad (islam), charles russel (saksi yehuwa) , ellen white (adven), paus (katolik) , joseph smith (mormon) dan lainnya. Puji Tuhan website ini memilih orang2 pilihan Tuhan Yesus di akhir zaman supaya para pembaca tidak tertipu oleh jebakan dan tipuan iblis.. dan harus fokus kepada Yesus di waktu yang kritis ini sebelum rapture. Jangan terlalu percaya Gereja, denominasi atau tradisi manusia. Mintalah bimbingan Roh Kudus senantiasa.. Shalom.
SukaSuka
Kepekaan Seorang Nabi
Allah yang sejati, Allah Alkitab, adalah Allah yang sekaligus transenden dan imanen. Sifat transendensi Allah itu berarti bahwa Allah berbeda secara esensial dari ciptaan-Nya. Ia berada di atas sana, jauh dari jangkauan manusia. “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu” (Yes. 55:8-9). Sifat imanensi Allah itu berarti bahwa Allah itu dekat, hadir, menopang seluruh ciptaan-Nya, dan bahkan berinteraksi secara dinamis dengan ciptaan-Nya. Rasul Paulus menulis, “… segala sesuatu ada di dalam Dia (Kristus)” (Kol. 1:17). Dalam khotbahnya di Atena, di Areopagus, di hadapan para filsuf Yunani, Rasul Paulus berkata, “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga” (Kis. 17:28). Karena Allah dalam relasi-Nya dengan ciptaan bersifat sekaligus transenden dan imanen, maka ada aspek keterbukaan dan ketersembunyian dalam kehendak Allah. Keterbukaan dan ketersembunyian kehendak Allah ini terangkum di dalam satu perkataan yang dikhotbahkan Musa di hadapan umat Israel: “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini” (Ul. 29:29).
Hal ini – sifat keterbukaan dan ketersembunyian dari Allah – mengakibatkan manusia tidak bisa mengerti kehendak Allah dengan usaha intelektualitasnya. Pada akhir Abad Pertengahan, terdapat dua aliran theologi yang disebut intellectualism dan voluntarism. Orang-orang dari aliran intellectualism percaya bahwa kehendak Allah itu tidak random, tetapi memiliki dasar rasional yang dapat dimengerti oleh manusia. Namun kaum intelektual menekankan hal ini sampai kepada ekstrem bahwa kita dapat memprediksi apa yang akan Allah kehendaki berdasarkan intelekt kita. Bagi para intelektual, Allah harus menciptakan dunia ini, kejatuhan harus terjadi, dan Allah harus menjadi manusia untuk menebus umat-Nya. Berbeda dengan kaum voluntaris yang menekankan kehendak Allah yang berada di atas segala aturan rasional. Bagi kaum voluntaris, Allah tidak harus menciptakan dunia ini dan ia tidak harus menebus manusia berdosa. Jika Allah melakukan semua itu, itu adalah out of his own good pleasure: karena Ia menghendaki hal itu. Sebenarnya adalah suatu kesalahan yang mendasar jika kita melihat Allah seolah-olah Dia seperti manusia yang memiliki intelekt dan kehendak yang mungkin terpecah. Bagi Allah kehendak-Nya adalah kebaikan, dan kebaikan adalah kehendak-Nya. Namun kita lebih condong untuk setuju kepada posisi voluntaris, karena di dalam sejarah ada kehendak Allah yang tersembunyi, yang sering kali berada di luar jangkauan prediksi intelektual manusia, tetapi sedang Allah bukakan sedikit demi sedikit kepada umat-Nya. Penyataan Allah dalam sejarah ini tidak mungkin bertentangan dengan firman-Nya yang tertulis (karena Allah tidak mungkin berkontradiksi dengan diri-Nya sendiri), dan juga tidak menambah esensi dari firman yang tertulis. Penyataan ini yang biasa kita sebut pimpinan dinamis dari Roh Kudus.
Nabi adalah seorang yang dipanggil khusus oleh Allah untuk menyampaikan kehendak-Nya kepada umat-Nya. Para nabi adalah orang-orang yang peka akan pimpinan dinamis Roh Kudus yang mendorong mereka untuk bertindak di dalam konteks hidup mereka. Para nabi sadar bahwa Allah yang transenden sedang bekerja secara imanen di dalam dunia dan sedang membangun kerajaan-Nya yang dikepalai oleh Sang Mesias. Di dalam perjuangan pergerakan kerajaan Allah ini, para nabi peka akan kehendak Allah pada zamannya: bukan tanpa Taurat, tetapi justru dengan hukum Taurat sebagai dasarnya, “supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini” (Ul. 29:29).
Jabatan nabi berbeda dengan jabatan raja dan jabatan imam. Berbeda dengan raja, nabi berfungsi di luar dari kuasa politik dan bertugas untuk mengoreksi pelaksana kuasa politik yang menyeleweng dari kehendak Allah. Memang, ada figur seperti Raja Daud, yang walaupun adalah raja, namun menjalankan fungsi seorang nabi juga. Tetapi, secara umum, seseorang yang memegang kuasa politik dan melaksanakan pemerintahan secara natur lebih sulit untuk mengoreksi diri dan membutuhkan satu pihak luar yang mengamati dan mengoreksi mereka. Contohnya adalah Nabi Natan yang dengan tegas dan bijaksana menegur Raja Daud yang menyalahgunakan kekuasaannya demi kepentingan dirinya yang berdosa. Demikianlah tugas para nabi dalam relasinya dengan raja.
Berbeda pula dengan imam, nabi memiliki kepekaan yang segar akan kehendak Allah yang mengoreksi praktik-praktik keagamaan yang dijalankan oleh para imam ketika praktik-praktik tersebut sudah menyeleweng dari maksud asli Allah. Maka Nabi Yesaya menyampaikan teguran dari TUHAN Allah kepada orang Israel demikian, “Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?” firman TUHAN; “Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai” (Yes. 1:11). Ritual para imam bisa kehilangan esensi, sehingga nabi yang memiliki kepekaan akan situasi tersebut harus melayangkan teguran dari TUHAN bagi umat-Nya.
Jika jabatan imam menekankan pentingnya ingatan (memory) dan kesetiaan untuk mengingat dan menjalankan segala detail Taurat untuk dijalankan dalam ritual rutin umat Allah, jabatan raja menekankan pentingnya tindakan (action) dalam mengaplikasikan keadilan dan kebenaran Taurat di dalam kehidupan umat, kita melihat bahwa jabatan nabi menekankan pentingnya kepekaan (sensitivity) akan suara Allah yang dinyatakan kepadanya pada konteks hidupnya.
Yesaya bernubuat, “Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang” (Yes. 50:4-5).
Kita mempelajari tiga aspek dari kepekaan seorang nabi dalam relasinya dengan kehendak Allah. Aspek pertama adalah penyerahan hidup secara total bagi Allah: “Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang.” “Membuka telinga” di sini bukan sekadar pernyataan figuratif tentang seseorang yang mendengar, tapi memiliki arti literal, yakni pelubangan telinga seorang budak oleh tuannya. Di ayat ini, nabi digambarkan sebagai seorang budak yang telinganya telah ditindik oleh pemiliknya sebagai tanda bahwa ia telah menyerahkan seluruh hidupnya untuk taat kepada tuannya. Seorang nabi haruslah memiliki hati yang total kepada tuannya, seperti doa John Calvin yang mengatakan, “Kupersembahkan hatiku kepada-Mu, ya Tuhan, segera dan setulusnya.” Maka, pertama-tama, seorang nabi harus peka akan hatinya sendiri, supaya hatinya tidak menyeleweng dari penyerahan total kepada TUHAN.
Aspek yang kedua adalah telinga yang tajam: “Setiap pagi ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.” Seorang nabi tidak boleh menambah atau mengurangi perkataan TUHAN Allah. Ia harus menyampaikan isi hati TUHAN Allah seutuhnya dan setepat mungkin. Untuk melakukan tugas ini, ia harus memiliki pendengaran yang tajam, yang telah dilatih secara disiplin dan terus-menerus untuk peka akan suara TUHAN. Kita mengingat bagaimana ketika Samuel masih remaja dan melayani imam Eli, ia dilatih oleh TUHAN untuk peka mendengar suara TUHAN. Suatu malam, ia mendengar satu suara yang memanggil namanya. Ia menyangka itu adalah suara imam Eli. Dengan segera Samuel datang kepada imam Eli yang sedang tidur, tetapi ironisnya imam Eli tidak sadar bahwa itu ialah suara TUHAN. Suara itu terdengar sampai tiga kali, dan di panggilan yang ketiga itu imam Eli sadar bahwa TUHAN-lah yang sedang memanggil Samuel. Ia mengajar Samuel bagaimana berespons kepada suara TUHAN: “Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar” (1Sam. 3:9). Maka Samuel pun taat dan menjawab demikian ketika TUHAN memanggilnya kembali. Latihan untuk mendengar itulah yang menjadi awal pelayanan nabi Samuel.
Sering kali kita ingin terlalu cepat berbicara dan mengajar tanpa terlebih dahulu dilatih untuk mendengar. Plutarch berkata bahwa alam memberikan kepada kita dua telinga, namun hanya satu mulut. Itu berarti bahwa kita harus terlebih dahulu terlatih untuk mendengar sebelum kita berbicara. Mendengar itu bukanlah sekadar persepsi indrawi, tapi merupakan suatu sikap hati. Jika hati kita luas, maka hati kita dapat menampung banyak hal. Dari berbagai hal yang ditampung tersebut, kita renungkan, gumulkan, sampai kita dapat menemukan kesimpulan sementara dari apa yang telah kita dengar. Hanya orang yang banyak mendengar yang dapat membeda-bedakan kualitas dari suatu pengajaran. Samuel mengajar kita untuk membuka telinga kita, apalagi jika yang berbicara adalah TUHAN sendiri.
Terlebih lagi, Samuel berespons dengan cepat ketika ia dipanggil. Ini kontras dengan kita yang suka mengabaikan panggilan pertama, seperti bunyi alarm di pagi hari. Kita tidak memiliki kesegeraan yang dimiliki oleh Samuel. Padahal Tuhan Yesus sendiri memiliki kesegeraan demikian dalam mendengar dan melaksanakan kehendak Bapa-Nya, seperti terefleksi dalam seringnya kemunculan kata “segera” dalam Kitab Markus. Sikap segera dalam berespons ini perlu dilatih, karena orang yang sudah terbiasa mengabaikan panggilan pertama tidak akan lagi memiliki kepekaan akan panggilan tersebut.
Selain analogi ‘mendengar’, Alkitab juga menggunakan analogi ‘melihat’ dalam menggambarkan kepekaan persepsi seorang nabi. Elisa berdoa kepada TUHAN agar Ia memberikan penglihatan kepada hambanya bahwa TUHAN dan malaikat-malaikat-Nya ada berada bersama dengan Elisa, demikian doanya, “Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat” (2Raj. 6:17). Demikian pula Tuhan Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah” (Yoh. 3:3). Visi yang jernih ini berbuah dari satu kemurnian hati, karena Tuhan Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Mat. 5:8).
Aspek ketiga dari kepekaan seorang nabi adalah kepekaan dalam berbicara: “Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu.” Seorang nabi tidak berhenti kepada kepekaan terhadap hatinya sendiri, kepekaan akan suara dan visi dari Tuhan, tapi juga kepekaan dalam menyampaikan isi hati TUHAN kepada umat-Nya. Seorang nabi tidak boleh sembarangan dalam berbicara. Maka TUHAN melatih seorang nabi untuk berbicara.
Cicero, seorang filsuf Romawi yang tidak mengenal TUHAN, mengajarkan bahwa retorika itu sama pentingnya dengan filsafat. Filsafat yang berhenti di otak dan tidak terpancar dalam perkataan dan perbuatan itu tidak berguna. Maka dalam teori pendidikannya, ia ingin mendidik seseorang untuk menjadi orator yang ideal, karena orator bukan saja memiliki pengetahuan, tetapi juga dapat menyampaikan pengetahuan itu kepada khalayak ramai, sehingga banyak orang dapat menikmati dan digerakkan oleh pengetahuan yang telah mereka pelajari.
Begitu pula seorang nabi tidak hanya berhenti “menikmati” secara pribadi suara dan visi dari TUHAN Allah. Tugas utamanya justru adalah untuk berbicara, menyampaikan isi hati TUHAN kepada umat-Nya. Dari hati yang murni dan berkomitmen total kepada TUHAN, dari telinga dan mata yang tajam untuk menerima pesan dari TUHAN, maka mengalirlah ucapan-ucapan bernilai yang disampaikan kepada umat Allah. Ucapan-ucapan itu tidak selalu manis: ada yang tajam mengiris hati, ada yang pahit menelanjangi fakta keberdosaan, dan ada pula yang cemerlang seperti permata memberikan pengharapan akan janji dan kesetiaan Allah.
Yesaya meneruskan dengan memberikan tujuan dari lidah yang terlatih dari seorang nabi, yaitu “supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu.” Perkataan seperti apakah yang dapat memberi semangat baru kepada yang letih lesu? Tidak ada perkataan manusia yang dapat memberikan semangat dan pengharapan yang sejati, selain daripada perkataan-perkataan yang menunjuk kepada kedatangan Sang Mesias. Maka puncak dari pelayanan perkataan seorang nabi adalah ketika perkataan tersebut menunjuk kepada Yesus Kristus, sumber keselamatan dan pengharapan yang sejati. Maka, Yesus Kristus, Sang Nabi Allah yang adalah kegenapan dari seluruh nabi, berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Mat. 11:28-29).
Sekalipun jabatan nabi sudah tidak ada pada saat ini, namun setiap orang Kristen dipanggil untuk menjalankan fungsi seorang nabi. Sama seperti Kristus menjalankan fungsi Nabi, Imam, dan Raja (dalam pengertian Gembala), maka pengikut-pengikut Kristus pun harus menjalani ketiga fungsi tersebut. Ketika kita menjalankan fungsi nabi, aspek pertama yang perlu kita miliki adalah kita perlu peka akan hati kita sendiri: lihatlah apakah hati kita berkomitmen total kepada TUHAN? Apakah kita peka ketika hati kita mulai serong? Apakah kita segera bertobat ketika kita menyadari hal itu? Aspek kedua, kita harus memiliki telinga dan mata yang tajam, peka akan pimpinan Roh Kudus yang memimpin kita dalam perjuangan kita bagi Kerajaan Kristus di dalam dunia ini. Aspek ketiga adalah kita harus peka akan bagaimana kita berbicara kepada dunia ini, yang berpuncak kepada ucapan-ucapan kita yang menunjuk dan meninggikan Yesus Kristus, Sumber penghiburan manusia yang sejati.
SukaSuka
Tidak ada gelar nabi kepada seseorang di luar dari Alkitab .tapi yang ada seperti yang tertulis di Matius 28 ayat 19 – 20.
Sehingga bila ada gelar Nabi di luar Alkitab hal itu di pertanyakan Pengajaranya meskipun bertujuan baik.
SukaSuka
Ping balik: ANTIKRISTUS SUDAH TIBA!! – tuhanyesusterangdunia